PHANOM DONG RAK– Pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja belum menunjukkan tanda berakhir. Baku tembak kedua negara justru terus meluas di sepanjang perbatasan.
Dalam pertempuran kemarin, kedua belah pihak saling menembakkan roket jarak dekat di dekat Candi Preah Vihear yang berumur 900 tahun.Baku tembak yang telah menewaskan 13 tentara itu kian memanas, meski ada tekanan diplomatik agar pertempuran dihentikan. Puluhan ribu warga sipil terpaksa mengungsi keluar dari desa-desa mereka di sepanjang perbatasan. “Pertempuran terjadi dekat reruntuhan Preah Vihear pada pukul 13.30 siang dan terjadi selama 30 menit.
Mereka menembakkan artileri dan mortir,kami membalas,”papar juru bicara (jubir) militer Thailand Kolonel Prawit Hookaew. Sansern Kaewkamnerd, juru bicara militer Thailand lainnya, mengatakan bahwa kedua pihak saling menembakkan roket jarak dekat dan senapan di dekat Preah Vihear. “Kami mempertahankan konflik ini tetap berada di daerah yang kecil.Konfrontasi ini kesalahpahaman,” tuturnya.
Kamboja menuduh Thailand yang memulai baku tembak dan menggunakan pesawat mata-mata dan gas beracun dalam konflik terbaru. Bangkok menyangkal tuduhan tersebut. “Jet-jet tempur Thailand menembaki wilayah Kamboja di dekat candi. Sebuah jet tempur terbang di atas kami dan mulai menembak,”kata juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan.
Pertempuran di perbatasan kedua negara terjadi sejak Jumat (22/4) di daerah pegunungan yang berjarak 150 kilometer timur Preah Vihear.Tapi kemarin, pertempuran juga terjadi di dekat Preah Vihear. Baku tembak sebelumnya yang terjadi pada 10 Februari di dekat Preah Vihear,menewaskan 10 orang,sehingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesakgencatansenjatapermanen. Thailand dan Kamboja pada Februari sepakat mengizinkan pengawas dari Indonesia ke wilayah dekat Preah Vihear.
Namun, militer Thailand sejak saat itu mengatakan bahwa para pengawas tidak disambut, dan mereka belum dikirimkan. “Pemerintah akan mengkaji kebijakan terhadap Kamboja, termasuk perdagangan, pemeriksaan perbatasan, dan kerja sama di semua level, tapi tidak akan memutus hubungan diplomatik,” kata Menlu Thailand Kasit Piromya. Piromya dijadwalkan berunding dengan Menlu Indonesia Marty Natalegawa yang saat ini menjadi Ketua Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), besok di Jakarta.
“Thailand akan memberi tahu dia (Marty) bahwa Thailand sepakat untuk pengawas internasional, tapi pasukan Kamboja harus ditarik dari Preah Vihear,”ujar juru bicara pemerintah Thailand Panitan Wattanayagorn. Thailand mendesak Kamboja untuk melakukan perundingan bilateral, tapi Kamboja kemarin menolak desakan itu hingga 7-8 Mei saat KTT ASEAN di Jakarta.“Kami akan menunggu hingga nanti.
Kami akan bertemu dan berbicara. Pertemuan dapat dilakukan bilateral dan jika perundingan tentang konflik perbatasan,pihak ketiga harus dilibatkan,” ujar Menteri Informasi Kamboja Khieu Kanharith. Total korban tewas dalam pertempuran terbaru ialah delapan tentara Kamboja dan lima tentara Thailand,serta beberapa tentara Kamboja yang hilang. Korban dapat terus bertambah jika baku tembak terus terjadi.
Direktur Rumah Sakit Phanom Dong Rak ThailandApisan Boonpradub menjelaskan, 65 tentara Thailand terluka, tapi tidak ada warga sipil yang terluka. “Mayoritas mereka terluka akibat ledakan. Sebagian besar pasien yang sedang dirawat itu terluka dalam pertempuran,” katanya. Thailand menyatakan 26.000 warga negaranya dievakuasi dan ditempatkan di 22 lokasi. Tiga distrik yakni PhanomDongRak, KapChoeng,dan Prasat dideklarasikan sebagai lokasi darurat.
Adapun warga Kamboja yang dievakuasi sebanyak 22.000 orang. Pengadilan Dunia pada 1962 menetapkan bahwa Candi Preah Vihear milik Kamboja, tapi kedua negara mengklaim daerah sekitar seluas 4,6 kilometer persegi. Kedua negara terus menempatkan pasukannya di masing-masing sisi perbatasan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mendesak kedua pihak menahan diri.
Menurut Hillary,Paman Sam secara langsung menghubungi para pejabat Thailand dan Kamboja agar kekerasan segera diakhiri. Konflik antara Thailand dan Kamboja terjadi saat Thailand hendak menggelar pemilu pada Juli mendatang.Kamboja tampaknya memiliki kepentingan untuk perubahan pemerintahan di Thailand. Deputi Perdana Menteri Thailand Suthep Thaugsuban menepis spekulasi bahwa konflik perbatasan akan menunda pemilu. “Kami sedang menyiapkan pemilu sesuai rencana,” katanya.
Dalam pertempuran kemarin, kedua belah pihak saling menembakkan roket jarak dekat di dekat Candi Preah Vihear yang berumur 900 tahun.Baku tembak yang telah menewaskan 13 tentara itu kian memanas, meski ada tekanan diplomatik agar pertempuran dihentikan. Puluhan ribu warga sipil terpaksa mengungsi keluar dari desa-desa mereka di sepanjang perbatasan. “Pertempuran terjadi dekat reruntuhan Preah Vihear pada pukul 13.30 siang dan terjadi selama 30 menit.
Mereka menembakkan artileri dan mortir,kami membalas,”papar juru bicara (jubir) militer Thailand Kolonel Prawit Hookaew. Sansern Kaewkamnerd, juru bicara militer Thailand lainnya, mengatakan bahwa kedua pihak saling menembakkan roket jarak dekat dan senapan di dekat Preah Vihear. “Kami mempertahankan konflik ini tetap berada di daerah yang kecil.Konfrontasi ini kesalahpahaman,” tuturnya.
Kamboja menuduh Thailand yang memulai baku tembak dan menggunakan pesawat mata-mata dan gas beracun dalam konflik terbaru. Bangkok menyangkal tuduhan tersebut. “Jet-jet tempur Thailand menembaki wilayah Kamboja di dekat candi. Sebuah jet tempur terbang di atas kami dan mulai menembak,”kata juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan.
Pertempuran di perbatasan kedua negara terjadi sejak Jumat (22/4) di daerah pegunungan yang berjarak 150 kilometer timur Preah Vihear.Tapi kemarin, pertempuran juga terjadi di dekat Preah Vihear. Baku tembak sebelumnya yang terjadi pada 10 Februari di dekat Preah Vihear,menewaskan 10 orang,sehingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesakgencatansenjatapermanen. Thailand dan Kamboja pada Februari sepakat mengizinkan pengawas dari Indonesia ke wilayah dekat Preah Vihear.
Namun, militer Thailand sejak saat itu mengatakan bahwa para pengawas tidak disambut, dan mereka belum dikirimkan. “Pemerintah akan mengkaji kebijakan terhadap Kamboja, termasuk perdagangan, pemeriksaan perbatasan, dan kerja sama di semua level, tapi tidak akan memutus hubungan diplomatik,” kata Menlu Thailand Kasit Piromya. Piromya dijadwalkan berunding dengan Menlu Indonesia Marty Natalegawa yang saat ini menjadi Ketua Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), besok di Jakarta.
“Thailand akan memberi tahu dia (Marty) bahwa Thailand sepakat untuk pengawas internasional, tapi pasukan Kamboja harus ditarik dari Preah Vihear,”ujar juru bicara pemerintah Thailand Panitan Wattanayagorn. Thailand mendesak Kamboja untuk melakukan perundingan bilateral, tapi Kamboja kemarin menolak desakan itu hingga 7-8 Mei saat KTT ASEAN di Jakarta.“Kami akan menunggu hingga nanti.
Kami akan bertemu dan berbicara. Pertemuan dapat dilakukan bilateral dan jika perundingan tentang konflik perbatasan,pihak ketiga harus dilibatkan,” ujar Menteri Informasi Kamboja Khieu Kanharith. Total korban tewas dalam pertempuran terbaru ialah delapan tentara Kamboja dan lima tentara Thailand,serta beberapa tentara Kamboja yang hilang. Korban dapat terus bertambah jika baku tembak terus terjadi.
Direktur Rumah Sakit Phanom Dong Rak ThailandApisan Boonpradub menjelaskan, 65 tentara Thailand terluka, tapi tidak ada warga sipil yang terluka. “Mayoritas mereka terluka akibat ledakan. Sebagian besar pasien yang sedang dirawat itu terluka dalam pertempuran,” katanya. Thailand menyatakan 26.000 warga negaranya dievakuasi dan ditempatkan di 22 lokasi. Tiga distrik yakni PhanomDongRak, KapChoeng,dan Prasat dideklarasikan sebagai lokasi darurat.
Adapun warga Kamboja yang dievakuasi sebanyak 22.000 orang. Pengadilan Dunia pada 1962 menetapkan bahwa Candi Preah Vihear milik Kamboja, tapi kedua negara mengklaim daerah sekitar seluas 4,6 kilometer persegi. Kedua negara terus menempatkan pasukannya di masing-masing sisi perbatasan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mendesak kedua pihak menahan diri.
Menurut Hillary,Paman Sam secara langsung menghubungi para pejabat Thailand dan Kamboja agar kekerasan segera diakhiri. Konflik antara Thailand dan Kamboja terjadi saat Thailand hendak menggelar pemilu pada Juli mendatang.Kamboja tampaknya memiliki kepentingan untuk perubahan pemerintahan di Thailand. Deputi Perdana Menteri Thailand Suthep Thaugsuban menepis spekulasi bahwa konflik perbatasan akan menunda pemilu. “Kami sedang menyiapkan pemilu sesuai rencana,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar